Bersiap Menjadi Generasi Qurani

Bila kita bicara tentang membangun generasi, maka harusnya kita mengambil contoh dari generasi terbaik yang pernah ada,yaitu generasi sahabat Rasulullah. Generasi sahabat itu seperti bintang-bintang yang terang, dan tidak saling meredupkan satu sama lain. Umar bin Khattab itu bersinar sangat terang, tapi terangnya tidak meredupkan sinarnya Abu Bakar. Begitu pun sahabat yang lainnya. Bagaimana menjadi generasi qurani? Berikut ulasannya.

Generasi Qur’ani, adalah generasi yang menjiwai dan mengamalkan Al-Qur’an, sebagai kitab Allah yang sempurna, juga sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Tidak ada penambahan atau pengurangan dalam Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an ini pula Rasulullah berhasil mencetak sebuah umat yang kuat aqidahnya, benar ibadahnya, dan bagus akhlaknya. Inilah generasi qur’ani.

Baca juga; Agar Hati Terpaut dengan Al Qur’an

Syayid Qutub dalam kitab Ma’alim fit Thariq (Petunjuk Jalan) telah memberikan jawaban permasalahan ini semua. Adapun faktor-faktor(sebab-sebab) yang menjadikan generasi sahabat menjadi generasi yang utama, itu ada tiga sebab:

Pertama, mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai Rujukan utama dalam beramal.

Atau dalam istilah lain “Way of Life” (Pedoman hidup). Mereka para sahabat adalah “merupakan Al-Qur’an yang berjalan” karena senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Jika Al-Qur’an melarang mereka, segera mereka tinggalkan sebaliknya jika Al-Qur’an memerintahkan mereka, segera mereka melaksanakan.

Kedua, mereka mempelajari Al-Qur’an untuk menerima perintah Allah.

Meraka membaca Al-Qur’an bukan sekedar untuk membaca saja, untuk menambah pengetahuan saja, untuk menikmati keindahan sasteranya saja, tetapi mereka membaca Al-Qur’an untuk menerima perintah tentang urusan pribadi, atau perintah untuk bersama.

Mereka diibaratkan sebagaiman prajurit/pasukan yang berada dilapangan mereka menerima perintah itu untuk segera dilaksanakan setelah mendengarnya. Karena itu mereka tidak minta tambah tugas sebelum dapat melaksanakan karena mereka merasa kan memperbanyak kewajiban dan tanggung jawab diatas pundaknya.

Ibnu katsir menceritakan kondisi Para sahabat itu mengaji Al-Qur’an diantaranya sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra beliau berkata : “Jika seseorang di antara kami (para sahabat) mempelajari (Menghafal) sepuluh ayat Al-Qur’an, maka dia tidak berani menambahnya lagi sebelum mengerti benar maknanya dan mengamalkannya”.

Abu Abdurahman as Sulami berkata : “Kami diberitahu oleh guru-guru kami yang mengajar Al-Qur’an, bahwa mereka dahulu belajar Al-Qur’an dari Rasulullah. Apabila mereka belajar sepuluh ayat, maka mereka tidak minta tambah, kecuali mereka telah mengamalkannya”.

Baca juga: Ini janji Allah bagi Para Hafidz Qur’an

Ketiga, mereka masuk Islam kemudian menininggalkan semua perbuatan-perbuatan jahiliyah yang bertentangan dengan Islam.

Para sahabat setelah mereka menerima Islam sebagai dien mereka, Muhammad sebagai Rasul-Nya, Allah sebagai Rabnya mereka segera meninggalkan kebiasaan jahiliyah yang bertentangan dengan Islam tanpa ragu-ragu lagi. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar”. (al-Hujurat [49]: 15)

Umar bin Khattab pernah tertawa kemudian menangis, kemudian ditanya apa sebabnya kemudian beliau menjelaskan aku tertawa karena teringat masa jahiliyah duhulu ketika membuat patung sebagai tuhan dari makanan, aku bawa kemana-mana namun ketika aku kelaparan di tengah hutan tuhan patung itu aku makan. Lalu aku menangis karena aku teringat aku pernah menguburkan anakku, wanita hidup-hidup ketika masa jahiliyah karena aku merasa malu memiliki anak wanita.

Demikian cara dan metode Rasulullah untuk membentuk umat yang Qur’ani yaitu dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai buku pedomannya. Karena Allah-lah yang menciptakan kita maka Allah-lah yang paling tahu bagaimana cara memperbaiki umat ini tidak lain dan tidak bukan yaitu dengan Al-Qur’an. Kalau pemilik pabrik Honda mengeluarkan produknya pasti pabrik itu membuat buku petunjuknya, kalau kita punya Honda malah memperbaiki dengan buku petunjuk yang lain maka tunggulah kehancurannya.

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Konsultasi via Whatsapp